Internasional

Seorang Ilmuwan Asal AS Menemukan Kerangka Kelelawar Berusia 52 Juta Tahun

Dua kerangka kelelawar berusia 52 juta tahun ditemukan oleh para ilmuwan di Wyoming, Amerika Serikat. Kelelawar purba ini termasuk spesies yang belum pernah dilihat ilmuwan sebelumnya. Dilansir dari laman Live Science, fosil langka ini ditemukan tepat di Green River Formulation di barat daya negara bagian tersebut. Spesies ini lebih kecil dari spesies kelelawar biasanya. Spesies ini bernama indeks Icaronycteris yang berukuran kecil bahkan mampu masuk ke tangan manusia dengan sayang yang dilipat.

Tim Rietbergen, seorang ahli paleontologi kelelawar dan manajer koleksi di Naturalis Biodiversity Center di Leiden, Belanda yang sekaligus penulis utama ini mengatakan bahwa ia sempat mengira ini spesies yang berbeda sejak pertama kali melihat kerangkanya karena ditemukan di lapisan sedimen. Kelelawar pertama kali berevolusi selama zaman Eosen atau 56 juta hingga 36 juta tahun yang lalu.

Menurut Rietbergen, seorang ahli paleontologi dari Green River Formation, dalam catatan sejarah terdapat kerangka kelelawar tertua berusia lebih dari 50 tahun yaitu Onychonycteris finneyi. Merombak Silsilah Keluarga Kelelawar. Penemuan yang imuat dalam sebuah penelitian di Jurnal PLOS ONE pada 12 April lalu ini telah memicu perombakan dalam klasifikasi silsilah keluarga kelelawar.

Sebab, ilmuwan memasukkan spesies baru yang telah ditemukan. Untuk mengklasifikasikan lagi, para peneliti membandingkan fosil baru dengan kerangka utuh dari enam spesies kelelawar Eosen, gigi dua spesies punah lainnya, dan kerangka kelelawar hidup. Rietbergen membandingkan ukuran kelelawar ini dengan kelelawar lain merupakan spesies yang berbeda. Ini menunjukkan adanya kelelawar dari Eosen awal jauh lebih jauh tinggi dari yang dibayangkan.

Diberi Nama Ugunnelli. Hasil penelitian ini menunjukkan kerangka yang baru ditemukan ini masih masuk dalam spesies icaronycteris di Amerika Utara dan diberi nama igunnelli yang diambil dari nama ahli biologi kelelawar, Greg Gunnel. Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa kelelawar ini memiliki berat kurang dari satu ons atau sekitar 22,5 hingga 28,9 gram yang sama seperti massa tubuhnya.

Baca Juga:  Pangkalan Militer Papua Nugini Beri Akses Tanpa Hambatan Ke Amerika Serikat

Menurut peneliti, perbedaan berat dan lebar sayap ini disebabkan oleh deformasi tulang selama fosilisasi. Emma Teeling, seorang profesor zoologi di University College Dublin di Irlandia mengatakan bahwa spesies baru ini menjadi salah satu kerangka kelelawar tertua. Berdasarkan analisisnya, kelelawar ini berevolusi secara independen. Namun, peneliti menyatakan perlu dilakukan penelitian untuk mempelajari keanekaragaman kelelawar.