Bisnis

Mata Uang Yuan China Perlahan Sudah Menggeser Dollar Amerika Serikat

Hingga kini, status ‘King Dollar’ Amerika Serikat (AS) tengah ramai diperbincangkan. Pasalnya, mata uang negara super power ini terancam tergeser oleh mata uang negara lain. Lantas benarkah demikian? Terlebih dolar AS sudah menjadi ‘penguasa’ dunia sejak 1920an dengan menggeser poundsterling Inggris. Untuk meyakinkan apakah dolar AS masih ‘berkuasa’ di dunia atau tidak mari kita buktikan dengan menilik data IFM terkait komposisi FX Reserve di dunia. Berikut rinciannya.

Berdasarkan data di atas Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat bahwa share cadangan devisa global berdenominasi dolar AS sudah turun tajam dari 71% pada 2000 menjadi 58,36% pada 2022. Meskipun mengalami penurunan, share dolar AS masih saja terbilang sangat besar dibandingkan negara lain. Sementara, jika kita menilik data Dana Moneter Internasional (IMF) terkait komposisi nilai FX Reserve di dunia. Inilah daftar 9 mata uang alias ‘Penguasa Cadangan Devisa Global’.

Berdasarkan data di atas Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat bahwa nilai cadangan devisa global masih berdenominasi dolar AS. Nilai share dolar AS masih saja terbilang sangat besar dibandingkan negara lain. Kendati demikian, jika dibandingkan, posisi pada Q4-2022 tercatat mengalami penurunan mencapai 8,66% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yakni mencapai US$ 7.085,01 miliar. Namun fakta adanya, mata uang yuan China perlahan tapi pasti diadopsi untuk lebih banyak pembayaran internasional. Ini dinilai dapat meletakkan dasar untuk sistem perdagangan yang berjalan paralel dengan dolar AS yang dominan.

Baru-baru ini, data menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya lebih banyak transaksi lintas batas dengan China diselesaikan dalam yuan pada Maret daripada dalam dolar. Adapun Argentina mengatakan siap secara teratur membayar barang-barang China dalam yuan dan bukan dolar. Sementara dolar masih mendominasi mata uang perdagangan dunia, makin banyak kesepakatan bilateral yang mengatur pembayaran yuan dengan China, mulai dari pembelian minyak China di Timur Tengah hingga perdagangan dari Brazil ke Rusia.

Baca Juga:  Seluruh Negara ASEAN Sepakat Buang Dolar Amerika Serikat

Pesatnya penggunaan yuan tersebut turut didorong oleh sanksi Barat, khususnya dari AS, terhadap Rusia yang mengeluarkannya dari sistem pembayaran global. Hal tersebut mendorong negara lain untuk mempercepat pengembangan mata uang alternatif untuk perdagangan. “Eksportir dan importir komoditas terbesar dunia – China, Rusia, dan Brasil – sekarang bekerja sama menggunakan yuan untuk pembayaran lintas batas,” kata Chi Lo, ahli strategi investasi senior di BNP Paribas Asset Management di Hong Kong, dikutip dariReuters, Jumat (28/4/2023).

“Kerja sama mereka dapat menarik negara lain untuk pembayaran yuan dari waktu ke waktu dan secara kumulatif, kelompok ini dapat mengangkat yuan dengan mengorbankan dolar,” katanya. China telah lama berusaha untuk meningkatkan bagian yuan yang hanya sebesar 2,2% dari pembayaran global. Perang Rusia di Ukraina, dan sanksi Barat yang dihasilkan, telah memberikan dorongan yang substansial.

Pangsa yuan di pasar mata uang Rusia telah melonjak menjadi 40% hingga 45%, dari kurang dari 1% pada awal tahun lalu. Porsi pembiayaan perdagangan dunia, menurut SWIFT, telah meningkat menjadi 4,5% pada Februari dari 1,3% dua tahun lalu. Adapun dolar mencapai 84%. “Ini tidak akan menggantikan dolar AS secara global, tetapi sudah mulai menggantikan dolar dalam beberapa hubungan perdagangan China,” kata Gerard DiPippo dan Andrea Leonard Palazzi, ekonom di Washington’s Center for Strategic and International Studies.

Internasionalisasi renminbi semacam ini dapat mencapai tujuan Beijing, termasuk mengurangi paparan China terhadap fluktuasi nilai tukar dan mengurangi kerentanan China terhadap sanksi keuangan AS. Banyak orang bertanya-tanya apakah sanksi Rusia dapat melengserkan “Raja Dolar Amerika Serikat (AS)” dari posisinya sebagai mata uang utama perdagangan global? Meskipun beberapa analis percaya bahwa dominasi dolar AS tidak akan berubah dalam waktu dekat. Namun, ini bukan berarti bahwa cengkeraman dolar AS pada sistem keuangan global akan terus bertahan selamanya.

Baca Juga:  Beijing Agak Melunak Pada Perusahaan Alibaba

Setidaknya ada faktor utama penyebab yang bisa melemahkan posisi mata uang Greenback di masa depan. Misalnya, makin banyak negara yang mempromosikan infrastruktur keuangan alternatif mereka. Langkah ini nyatanya telah dilakukan oleh Rusia dan China. Selain itu, jika lebih banyak negara mulai berdagang dalam mata uang lain, maka hal ini akan mengurangi keterpaparan mereka terhadap dolar AS. Meskipun, Dolar AS telah menjadi mata uang global yang dominan selama beberapa dekade. Namun tak menutup kemungkinan bahwa pergeseran mata uang ini nyata adanya. Apalagi, belakangan muncul kembali isu pertanyaan tentang dominasi tersebut kembali muncul akibat pergeseran bertahap dalam tatanan keuangan global.