Setelah hampir sepekan dalam pencarian, jenazah jurnalis MetroTV, Sahril Helmi, akhirnya ditemukan pada Sabtu (8/2/2025). Korban sebelumnya menjadi salah satu dari mereka yang terdampak dalam insiden ledakan kapal rigid inflatable boat (RIB) milik Basarnas Ternate yang terjadi pada Minggu (2/2/2025).
Jenazah Jurnalis MetroTV, Sahril ditemukan di kawasan Tanjung Neraka, Desa Sabatang, Kabupaten Halmahera Selatan. Lokasi penemuan ini berjarak lebih dari 92 kilometer dari titik awal kejadian di Desa Gita, Kota Tidore Kepulauan.
Jurnalis MetroTV Terbawa Arus Laut hingga Puluhan Mil
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Ternate, Iwan Ramdani, menyampaikan bahwa derasnya arus laut menyebabkan jenazah korban terbawa jauh ke arah selatan.
“Korban terbawa arus cukup kuat sejauh 50 nautical mile atau sekitar 92,6 kilometer dari lokasi kejadian di Desa Gita hingga ditemukan di Tanjung Neraka,” ungkap Iwan pada Sabtu (8/2/2025) malam.
Tim SAR menggunakan teknologi SAR Map untuk memperkirakan kemungkinan lokasi korban. Sistem ini menggabungkan berbagai data, termasuk koordinat awal, kecepatan dan arah angin, arus laut, serta informasi cuaca dari BMKG, guna menentukan titik-titik potensial di mana korban bisa ditemukan.
“Dengan SAR Map, kami bisa memprediksi arah pergerakan korban berdasarkan berbagai faktor, termasuk data cuaca BMKG. Itu membantu mempersempit area pencarian,” jelasnya.
Proses Pencarian Berlangsung Selama Tujuh Hari
Tim penyelamat melakukan pencarian selama tujuh hari dengan cakupan area yang semakin diperluas:
- Hari kedua: Area pencarian mencapai 7 nautical mile.
- Hari ketiga: Diperluas hingga 22 nautical mile.
- Hari keempat: Dibagi ke dalam empat sektor, melibatkan KRI Tatihu untuk menjangkau hingga 30 nautical mile.
- Hari kelima: Kapal KN SAR Pandudewanata, kapal Polairud Polda Maluku Utara, kapal KPLP, dan KRI Tatihu turut membantu pencarian, namun korban belum ditemukan.
- Hari keenam: Jangkauan pencarian diperluas hingga 40 nautical mile ke arah selatan dengan enam sektor pencarian.
- Hari ketujuh: Pencarian masih dilakukan di radius 40 nautical mile, tetapi hanya di lima sektor karena KN SAR Pandudewanata mengalami gangguan teknis.
Cuaca Buruk Menjadi Kendala Utama
Selama operasi pencarian, tim SAR menghadapi tantangan berupa kondisi cuaca yang ekstrem. Gelombang tinggi dan angin kencang menyulitkan kapal besar untuk menjelajahi perairan dangkal di sekitar pantai. Sementara itu, perahu kecil seperti longboat dan perahu nelayan juga terpaksa berhenti beroperasi akibat kondisi laut yang tidak bersahabat.
Namun, pada hari ketujuh, cuaca mulai membaik, yang akhirnya memungkinkan jenazah korban muncul ke permukaan dan ditemukan di bibir pantai.
“Dalam kondisi laut yang panas, biasanya proses naiknya korban ke permukaan lebih cepat. Syukurlah, pada hari ketujuh cuaca lebih bersahabat, sehingga jenazah akhirnya bisa ditemukan,” tutup Iwan.