Internasional

Israel dan Palestina Berjanji Menahan Diri dari Kekerasan Menjelang Ramadan

Para petinggi Israel dan Palestina, Minggu, 19 Maret 2023, sepakat membuat sebuah mekanisme untuk mengekang kekerasan dan hasutan, dalam pembicaraan yang menekankan perlunya mencegah tindakan-tindakan yang mengganggu tempat-tempat suci di Yerusalem ketika Ramadan dimulai pekan ini.

Dalam sebuah pernyataan bersama, setelah pembicaraan di Mesir yang dihadiri oleh para pejabat AS, Mesir dan Yordania, para pihak juga menegaskan ulang komitmen-komitmen yang dibuat pada sebuah pertemuan di Aqaba bulan lalu, termasuk janji Israel untuk menghentikan permukiman Yahudi baru selama empat bulan. Pertemuan Aqaba 26 Februari, yang pertama setelah bertahun-tahun, gagal untuk menghentikan kekerasan di lapangan terlepas dari janji-janji Israel dan Palestina untuk menurunkan eskalasi yang diucapkan kembali pada pertemuan-pertemuan Minggu di resor Sharm el-Sheikh, Mesir.

Selama tahun lalu, pasukan-pasukan Israel telah membuat ribuan penahanan di Tepi Barat dan membunuh lebih dari 200 warga Palestina, termasuk para pejuang dan sipil, sementara lebih dari 40 orang Israel dan tiga warga Ukraina tewas dalam serangan-serangan Palestina. Tepi Barat yang diduduki Israel telah menyaksikan gelombang konfrontasi dalam bulan-bulan terakhir, dengan serangan militer Israel hampir setiap hari dan kekerasan yang meningkat oleh para pemukim Yahudi, di tengah-tengah rentetan serangan oleh Palestina.

Pada pembicaraan Minggu, pejabat-pejabat Israel dan Palestina “sepakat untuk membuat sebuah mekanisme mengekang dan mencegah kekerasan, hasutan serta pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakan yang provokatif,” yang akan melapor pada sebuah pertemuan baru di Sharm el-Sheikh, April. Detail lebih lanjut mengenai mekanisme itu tidak diberikan. Para pihak dalam pembicaraan itu juga “menekankan pentingnya baik Israel maupun Palestina untuk secara aktif mencegah tindakan apa pun yang akan mengganggu kesucian” tempat-tempat ibadah di Yerusalem selama bulan suci Ramadan, menurut pernyataan bersama itu.

Baca Juga:  Dewan Keamanan PBB Mendapat Ajuan Protes Dari Lebanon Atas Agresi Israel

Dalam Ramadan tahun-tahun sebelumnya, bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina kerap terjadi, terutama di sekitar kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem, tempat paling suci ketiga bagi umat Islam, yang disebut sebagai Temple Mount atau Bukit Bait Suci oleh orang Yahudi. Ramadan tahun ini bertepatan dengan Paskah Yahudi dan Paskah Kristiani. Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, mengutuk Otoritas Palestina di Tepi Barat karena mengambil bagian dalam pertemuan Minggu yang dihadiri oleh pemerintah Israel “yang meningkatkan agresinya terhadap rakyat kami.”

Hussein Al-Sheikh dari payung Organisasi Pembebasan Palestina mengatakan delegasi Palestina sedang membela “hak-hak rakyat Palestina untuk bebas dan merdeka, dan menuntut diakhirinya agresi Israel berkelanjutan terhadap kami.” Seorang pejabat senior Israel mengatakan para pihak telah memperbarui komitmen-komitmen mereka terhadap kesepahaman-kesepahaman yang dicapai di Aqaba.

Sebelum pembicaraan Aqaba bulan lalu, pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengizinkan sembilan pos permukiman Yahudi di Tepi Barat dan mengumumkan pembangunan massal dari rumah-rumah baru di permukiman-permukiman yang telah ditetapkan. Langkah ini memancing kekecewaan Amerika Serikat.

Israel berjanji di Aqaba untuk menghentikan pembicaraan tentang unit-unit permukiman baru di Tepi Barat selama empat bulan dan menghentikan perizinan pos-pos baru untuk enam bulan. Tetapi, Netanyahu tampaknya menganggap remeh komitmen apa pun, dengan mengatakan tidak akan ada penghentian, dalam sebuah persetujuan terhadap anggota-anggota sayap kanan koalisinya.

Gedung Putih menyambut kesepahaman yang dicapai, Minggu. “Kami berharap untuk melanjutkan diskusi ini saat kita memasuki bulan suci Ramadhan, Paskah Yahudi, dan Paskah Kristen, dan selama bulan-bulan berikutnya,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adrienne Watson dalam sebuah pernyataan.