Teknologi

ICE Institute Menggandeng Microsoft dan PCMan untuk Program Pengembangan Game Mahasiswa

Indonesia Cyber Education Institute (ICE Institute) menggandeng Microsoft dan PCMan sebagai mitra untuk mengembangkan program pelatihan pengembangan game di tempat mereka. Program Mikrokredensial Game Developer (PMGD) dapat diajukan sebagai perolehan kredit para mahasiswa dengan beban studi sebanyak 20 sks. Mahasiswa dapat melakukan studi independen atau pertukaran mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

“Tujuan PMGD adalah membuat program pelatihan pengembangan game menggunakan modul dan platform pembelajaran bersifat lokal. Tidak hanya itu, kami juga ingin memastikan bahwa game yang dihasilkan dalam proyek capstone siswa dapat dikomersialkan, agar membawa dampak positif langsung bagi siswa dan meningkatkan semangat mereka dalam belajar,” ujar Prof. Paulina Pannen, Kepala ICE Institute.

Kerja sama dengan Microsoft dan PCMan diperlukan untuk membuat platform yang tidak hanya mendukung kelas online, tetapi juga dapat diakses secara mandiri oleh siswa yang tidak memiliki perangkat berperforma tinggi.

Dalam program ini, ICE Institute berhasil memberdayakan 672 mahasiswa dari 166 universitas berbeda pada semester pertama program dibuka. Pada akhir program, ICE Institute bersama industri game menginkubasi tiga game dari kategori berbeda untuk mendorong nilai komersial bagi para lulusannya.

Dari kategori entertainment, game terpilih adalah ‘Deadliner’ besutan tim ‘Very Good Enof’. Ada juga game ‘Petualangan Mandalika’ dari kategori educational. Terakhir adalah ‘Erborista’ dari kategori serious – sebuah kategori game yang tidak hanya bertujuan untuk hiburan, namun juga memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan pemainnya saat bermain.

Azure Lab Virtual Jadi Andalan ICE Institute
Azure Virtual Lab dipilih sebagai teknologi utama di balik platform PMGD ini. Dari sisi teknis, penggunaan solusi Azure Virtual Lab yang ditenagai oleh kemampuan Graphics Processing Unit (GPU) dan alat kolaborasi memungkinkan mahasiswa dari seluruh daerah di Indonesia untuk bekerja sama.

Baca Juga:  Spesifikasi Xiaomi Mi TV Stick 4K Dengan Prosesor Quad Core Cortex A35+

Tidak hanya itu, penggunaan Azure Virtual Lab juga mampu memberikan kemudahan dalam hal skalabilitas. Terlepas dari awalnya ICE Institute belum dapat memperkirakan berapa banyak mahasiswa yang akan berpartisipasi dalam program ini, kapasitas virtual lab dapat diubah secara mudah sesuai kebutuhan.

“Melalui Azure Lab Services, kami berhasil mengubah peserta tanpa latar belakang teknologi menjadi pengembang game. Kami percaya, ketika kita mampu membimbing talenta-talenta kita dengan benar dan menyediakan mereka platform yang tepat, mereka akan dapat mengakses pasar digital global,” lanjut Prof. Paulina.