Viral Polisi Jepang Tahan Tiga Orang Gegara Teror Sushi
Kepolisian Jepang telah menahan tiga orang atas keterlibatan mereka dalam ‘teror sushi’ yang viral. Teror tersebut dilakukan dengan merekam aksi meludahi atau menjilati sajian sushi yang dihidangkan untuk para pengunjung sejumlah restoran. Aksi ‘prank’ itu kemudian diunggah ke media sosial.
Berbagai insiden memperlihatkan sejumlah pengunjung – banyak di antara mereka adalah anak-anak dan remaja – merusak pesanan pengunjung lain dengan menyentuh hidangan sushi yang lewat ban berjalan. Sebuah video yang muncul bulan lalu menunjukkan seorang pelanggan menaruh wasabi di piring pengunjung lain. Kemudian seorang pelanggan menjilati sumpit untuk para pengunjung umum.
Tren viral tersebut membuat banyak orang Jepang ketakutan dan memicu tindakan dari beberapa restoran yang memiliki ban berjalan khusus sushi – yang dikenal di Jepang dengan istilah kaitenzushi. Warga lain bernama Nana Kozaki, berkata: “Kaitenzushi adalah budaya Jepang yang bisa kita banggakan, tetapi tindakan segelintir orang seperti itu benar-benar merusaknya.” Sejumlah orang mengatakan mereka “agak takut” dengan tren tersebut – bahkan mereka mengaku menjadi enggan berkunjung ke restoran.
Beberapa restoran yang memiliki ban berjalan khusus sushi atau kaitenzushi membuat imbauan publik agar berhenti mensabotase makanan mereka. Di Jepang timur, jaringan restoran Choushimaru menghentikan ban berjalan setelah seorang pelanggan meletakkan puntung rokok di wadah acar jahe. Para pelayan akan membawa hidangan ke pelanggan secara langsung – dan hanya membagikan bumbu dan saus saat tamu sudah duduk.
“Kaitenzushi adalah sesuatu yang kami banggakan sebagai bagian dari budaya Jepang. Kami ingin memastikan pelanggan kami dapat menikmati sushi yang diantarkan dengan ban berjalan dengan aman dan nyaman,” ujarnya. Beberapa jaringan restoran sushi telah mengancam akan menempuh jalur hukum kepada orang yang melakukan ‘prank’. Adapun penahanan hari Rabu diyakini sebagai penangkapan pertama.
Polisi di Kota Nagoya, Jepang tengah, menuduh Ryoga Yoshino, 21, menjilat botol kecap untuk para pengunjung restoran Kura Sushi pada 3 Februari. Dua anak berusia 19 dan 15 tahun juga terlibat. Polisi mengatakan tindakan mereka merupakan aksi yang mengganggu jalannya usaha, sebagaimana diatur dalam KUHP Jepang. Perusahaan pemilik restoran telah kesulitan dengan mata uang yen yang melemah, bahan baku yang mahal, perang di Ukraina, dan pandemi virus corona.
Banyak yang harus menaikkan harga tahun lalu. Sekarang mereka menghadapi tantangan lain, yaitu lelucon yang tidak higienis. Akibat lelucon yang tidak lucu ini, semua restoran di Jepang berupaya meyakinkan pelanggan tentang standar kebersihan mereka. Jaringan restoran Sushiro, misalnya, mengubah aturan bulan lalu. Para pengunjung kini harus mengambil peralatan dan bumbu sendiri dari pelayan untuk mengurangi potensi upaya sabotase.
Jika seseorang ketahuan mengembalikan piring yang telah diganggu, peringatan akan dikirim ke kantor jaringan di prefektur Saitama, dekat Tokyo dan Osaka. Restoran yang terkena dampak juga akan diberitahu, kata Kura Sushi. Perusahaan mengatakan sensor ini akan dapat mengidentifikasi pelat khusus dan nomor kursi pengunjung yang melakukan pelanggaran.