9 Pemimpin Eropa Ingin Lepas Ketergantungan Impor Energi Dari Rusia
Sembilan pemimpin Eropa Barat termasuk Kanselir Jerman, Olaf Scholz bertemu hari Senin (24/04), guna mencari cara untuk pemanfaatan Laut Utara secara optimal, sebagai tempat untuk menghasilkan energi bersih dari ladang turbin angin. Dalam sebuah editorial bersama di Politico, para pemimpin tersebut mengatakan bahwa lebih banyak turbin angin dan infrastruktur jaringan diperlukan “Untuk mencapai tujuan iklim kita, dan melepaskan diri dari gas Rusia, untuk memastikan Eropa yang lebih aman dan mandiri.”
Dalam sebuah kontribusi editorial bersama di Politico, para pemimpin tersebut mengatakan bahwa lebih banyak turbin angin dan infrastruktur jaringan diperlukan “untuk mencapai tujuan iklim kita, dan melepaskan diri dari gas Rusia, untuk memastikan Eropa yang lebih aman dan mandiri.” Para pemimpin dari Belgia, Belanda, Luksemburg, Prancis, Jerman, Irlandia, Norwegia dan Denmark, bertemu di kota pelabuhan Ostend, Belgia, untuk melakukan pembicaraan tersebut, yang merupakan putaran kedua untuk membahas masalah ini.
Perwakilan Inggris juga ikut serta dalam proyek ini, tetapi Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak tidak menghadiri pertemuan tersebut. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga hadir, demikian pula para perwakilan industri. Uni Eropa telah berkomitmen untuk mencapai kuota 42,5% dari total konsumsi energinya dari energi terbarukan pada tahun 2030, dan memfasilitasi tujuan ini dengan mempermudah perizinan untuk membuat infrastruktur energi terbarukan.
“Eropa harus beralih ke bentuk energi hijau lebih cepat. Kami mengirimkan sinyal yang kuat mengenai hal itu pada pertemuan ini,” kata Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen dalam sebuah pernyataan. “Transisi hijau di Laut Utara merupakan langkah penting dalam perjalanan menuju kemandirian dari gas Rusia dan untuk memenuhi tujuan kami yaitu Eropa yang netral terhadap iklim,” tambahnya. “Deklarasi ini juga merupakan kesempatan yang bagus untuk benar-benar memasukkan keamanan ke dalam desain semua pembangkit listrik tenaga angin dan infrastruktur baru,” ujar Menteri Iklim dan Energi Belanda, Rob Jetten dalam pertemuan tersebut.
Sementara itu Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengatakan targetnya adalah agar ladang angin Laut Utara dapat dibangun untuk menghasilkan 130 gigawatt (GW) listrik pada akhir dekade ini. Kapasitas tersebut akan meningkat dua kali lipat menjadi hampir 300 GW pada tahun 2050, katanya. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, biayanya akan mahal. Uni Eropa menghitung biaya untuk meningkatkan produksi energi angin hingga kapasitas ini akan mencapai €800 miliar.
Para pemimpin juga akan membicarakan cara-cara untuk meningkatkan keamanan jaringan listrik bawah laut di tengah meningkatnya kekhawatiran akan serangan hibrida. Kekhawatiran tentang serangan semacam itu telah meningkat sejak invasi Rusia ke Ukraina. Empat lembaga penyiaran publik Nordik minggu lalu mengatakan, dalam sebuah investigasi bersama mencurigai Rusia memata-matai situasi di perairan Laut Baltik dan Laut Utara dengan menggunakan kapal pukat, kapal kargo dan kapal pesiar.
Dalam komentarnya sebelum pertemuan, tuan rumah De Croo mengatakan, energi sekarang, “lebih dari sebelumnya, merupakan topik geopolitik” mengingat perkembangan energi di tengah-tengah konflik di Ukraina. Para pemimpin tersebut mengatakan dalam artikel opini di Politico bahwa mereka akan meningkatkan “upaya untuk bereaksi secara efektif terhadap ancaman tradisional dan hibrida yang terus berkembang.”
Salah satu hal yang diharapkan dalam pertemuan ini adalah rencana Belanda dan Inggris untuk membangun jaringan listrik yang menghubungkan ladang angin lepas pantai di Laut Utara dengan kedua negara tersebut. “Kabel bawah laut ini akan mengalirkan listrik hingga 2 gigawatt (GW), cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik dua juta rumah tangga”, ujar Menteri Energi Belanda Rob Jetten.
Inggris memiliki jumlah ladang angin lepas pantai terbesar, yakni 45, yang saat ini menghasilkan 14 GW. Negara ini berencana untuk meningkatkan kapasitas hingga 50 GW pada tahun 2030. Sementara Jerman memiliki 30 ladang angin yang menghasilkan 8 GW, diikuti oleh Belanda dengan 2,8 GW. Jerman dan Denmark adalah dua pemimpin global dalam pembuatan turbin angin.