Presiden Taiwan Temui Ketua DPR AS, China Marah Besar
China memprotes rencana pertemuan antara Presiden Taiwan, Tsai Ing Wen, dan ketua Dewan Perwakilan Amerika Serikat, Kevin McCarthy, yang bakal digelar di California pada Rabu (5/4). “[Pertemuan ini akan] menyakiti perasaan bangsa dengan 1,4 miliar rakyat China,” ujar juru bicara kantor konsulat China di Los Angeles dalam pernyataan resmi yang dikutip AFP.
Jubir itu juga menegaskan pertemuan Tsai dengan McCarthy itu merusak “fondasi politik relasi China-AS.” Pernyataan ini dirilis setelah McCarthy mengumumkan ia akan berjumpa dengan Tsai ketika presiden Taiwan itu singgah di AS dalam perjalanannya pulang dari kunjungan ke Guatemala.
Taiwan memastikan pertemuan ini walau China sudah berulang kali memberikan peringatan. Ketika rumor pertemuan Tsai dan McCarthy kian santer pekan lalu, Duta Besar China untuk AS, Xu Xueyuan, pun mewanti-wanti. Ia memperingatkan Negeri Paman Sam agar tak “bermain api lagi” seperti saat Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan saat masih menjabat sebagai ketua dewan perwakilan AS tahun lalu.
Xu juga menekankan AS berisiko memicu “konfrontasi serius” jika rencana itu benar-benar terlaksana. Ia juga tak peduli dengan dalih AS bahwa lawatan Tsai itu hanya “singgah” dan bukan kunjungan resmi. “AS terus mengatakan bahwa singgah bukan kunjungan dan sebelumnya sudah pernah terjadi, tapi kita tidak boleh menggunakan kesalahan di masa lalu sebagai alasan untuk mengulanginya saat ini,” tutur Xu.
China pun memperingatkan AS agar tak melupakan dasar hubungan kedua negara. AS memang menjalin relasi dengan China dengan catatan mereka mengakui prinsip “Satu China” yang terus digaungkan Beijing. Berdasarkan prinsip itu, AS seharusnya hanya mengakui China, dan tak ada negara Taiwan. Sejak kedua negara membangun hubungan diplomatik, AS pun tak pernah secara terang-terangan membela Taiwan.
Namun, AS mulai terbuka memasang badan untuk Taiwan pada 2018, ketika mereka meneken Undang-Undang Relasi Taiwan (TRA). Berdasarkan TRA, AS dapat menjalin hubungan dengan “rakyat Taiwan” dan pemerintahnya, tanpa menjelaskan secara spesifik pemerintahan yang dimaksud. Sebagaimana dilansir Reuters, TRA juga menegaskan bahwa AS mau menjalin hubungan diplomatik dengan China atas dasar pemahaman bahwa “masa depan Taiwan” akan ditetapkan dengan damai.