Internasional

Rusia Sedang Mencari Calon Pengganti Putin Secara Diam-Diam

Kremlin dilaporkan tengah mencari sosok pengganti Presiden Rusia Vladimir Putin karena meningkatnya ketidakpuasan hasil selama perang Ukraina berlangsung. Kabar ini pertama kali disampaikan oleh seorang pejabat intelijen Ukraina. Juru bicara direktorat intelijen militer Ukraina, Andriy Yusov, mengatakan yakin bahwa pencarian pengganti dilakukan saat lingkaran di sekitar Putin menyempit. Menurutnya, Putin menjadi makin ‘beracun’ bahkan di dalam perbatasan Rusia.

“Di dalam Kremlin, makin banyak ketidakpuasan dengan apa yang terjadi,” kata Yusov, dikutip dari Newsweek, Senin (20/3/2023). “Ada pemahaman yang makin suram tentang prospek, khususnya bencana geopolitik rezim Putin. Dengan demikian, pencarian penerus Putin sudah dilakukan,” tambahnya.

Dia juga menambahkan bahwa Putin tidak lagi terlibat dalam pemilihan penggantinya. Pernyataan Yusov pertama kali diunggah ke Twitter pada Sabtu pekan lalu dan diterjemahkan oleh Anton Geraschenko, penasihat Menteri Dalam Negeri Ukraina. Yusov tidak menyebutkan kandidat potensial penerus Putin.

Namun, beberapa laporan sebelumnya mengatakan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev menjadi salah satu sosok potensial untuk menggantikan posisi Putin. Sebagai informasi, Putin telah meluncurkan “operasi militer khusus” di Ukraina pada 24 Februari 2022 yang bertujuan untuk meraih kemenangan cepat melawan negara tetangganya, yang pada saat itu dianggap memiliki kekuatan militer yang jauh lebih lemah.

Namun, pertahanan Kyiv rupanya lebih kuat dari perkiraan. Bahkan Ukraina didukung oleh bantuan militer sekutu Barat, sehingga dapat menumpulkan serangan dari militer Rusia. Setelah lebih dari satu tahun pertempuran, invasi Rusia terus mengalami stagnasi. Di sisi lain, Ukraina berhasil merebut kembali ribuan mil persegi wilayah yang sebelumnya diduduki Rusia. Pertempuran tetap terkonsentrasi di bagian paling timur negara itu, di mana Rusia berupaya menguasai Bakhmut.

Baca Juga:  Bangkai Kapal Perang Dunia II Jepang Yang Mengangkut 1.000 Tahanan Perang Ditemukan Di Filipina

Rusia umumnya berdiri di belakang Putin selama perang. Namun, ada tanda-tanda bahwa beberapa orang telah bosan dengan kepemimpinannya di tengah situasi tersebut. Perang yang dikutuk secara luas mendorong Barat untuk mengeluarkan sanksi yang melemahkan ekonomi Moskow dan, menurut Ukraina, telah mengakibatkan kematian lebih dari 160.000 tentara Rusia.

Rusia sendiri belum secara terbuka mengomentari pernyataan Yusov, dan masih belum jelas apakah mengganti Putin dapat menyelesaikan masalah dalam militer Rusia atau tidak. Beberapa kritikus mencela Putin karena mengklasifikasikan invasi sebagai “operasi militer khusus” daripada “perang”, sehingga membatasi kemampuan militer untuk melancarkan mobilisasi penuh.

Namun, para ahli menunjukkan masalah lain untuk invasi tersebut, termasuk tantangan mempertahankan tentara yang bermotivasi baik, terutama di tengah bulan-bulan musim dingin yang lebih dingin, dan masalah dengan kepemimpinan militer.

Pertanyaan tentang masa depan Putin juga muncul ketika Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Putin atas tuduhan kejahatan perang pada Jumat. Meskipun Putin tampaknya tidak mungkin ditangkap, surat perintah itu akan sangat membatasi kemampuannya untuk bepergian, karena sebagian besar negara mengakui kedaulatan ICC.