Bisnis

Harga Minyak Merana Karena Krisis Perbankan Di AS

Harga minyak mentah pada pekan ini terpantau kembali memburuk. Meski pada perdagangan akhir pekan ini berhasil ditutup menguat. Harga minyak kontrak jenis Brent ambruk 11,85% secara point-to-point (ptp) dibanding posisi penutupan pekan lalu ke US$ 72,97 per barel. Sedangkan untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) anjlok 12,96% ke US$ 66,74 per barel pekan ini.

Pada perdagangan Jumat (17/3/2023) pekan ini, harga minyak acuan dunia berbalik menguat, di mana harga minyak jenis Brent ambrol 2,32%, sedangkan WTI ambles 2,36%. Padahal keduanya sempat menguat pada pertengahan perdagangan Jumat pekan ini. “Fundamental yang mendasarinya tidak seburuk apa yang diperkirakan di sini, tetapi ada kekhawatiran bahwa minyak tidak seaman uang tunai atau emas,” kata John Kilduff, Mitra di Again Capital LLC di New York, dikutip dari Reuters.

Harga minyak cenderung mengikuti pergerakan pasar ekuitas global yang lebih rendah, dirundung oleh krisis sektor perbankan dan kekhawatiran tentang kemungkinan resesi. Ketiga indeks turun tajam pada perdagangan Jumat sore waktu setempat, dengan saham sektor keuangan turun paling besar di antara sektor utama di indeks S&P 500, setelah jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank serta dengan masalah di Credit Suisse dan First Republic Bank.

Namun, pasar saham global mulai berangsur pulih setelah langkah-langkah dukungan dari Bank Sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) dan pemberi pinjaman AS, tetapi turun lagi ketika Grup Finansial SVB mengatakan telah mengajukan reorganisasi.

Tekanan berasal dari “keadaan pasar yang terus rapuh”, kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, dilansir dari Reuters. Di lain sisi, analis masih mengharapkan pasokan global yang terbatas untuk mendukung harga minyak di masa mendatang.

Baca Juga:  Huawei Kena Sanksi AS Ganti 13.000 Suku Cadang Produknya

Anggota OPEC+ mengaitkan pelemahan harga pekan ini dengan pendorong keuangan daripada ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, menambahkan bahwa mereka memperkirakan pasar akan stabil.

Penurunan minyak WTI pekan ini ke bawah harga US$ 70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021 dapat memacu pemerintah AS untuk mulai mengisi Cadangan Minyak Strategis, meningkatkan permintaan.

Analis juga memperkirakan adanya pemulihan permintaan China untuk menambah dukungan harga, dengan ekspor minyak mentah AS ke China pada Maret menuju level tertinggi dalam hampir dua setengah tahun.

Arab Saudi dan Rusia dalam pertemuan pada Kamis menegaskan komitmen mereka terhadap keputusan OPEC+ pada Oktober lalu untuk memangkas target produksi sebesar dua juta barel per hari hingga akhir 2023. Adapun panel pemantauan OPEC+ akan bertemu pada 3 April.